PUISI by slayer Andi



Senandung Rindu

Oleh: Slayer Andi

Barangkali kita melakukan hal yang sama
Walaupun  tidak pada tempat yang sama
Melihat bintang, lalu membayang
Tak sadar melamun, lalu tersenyum
Menikmati nada, lalu merasa
Ditutup raga yang merekah

Senandung nada bersama kata-kata
Terpetik senar untuk kesempurnaan
Melayangkan jiwa untuk bertemu
Walau  sekadar  angan-angan

Tutup mataku dengan hembusan nafasmu
Peluklah daku dengan hangat tubuhmu
Ikatlah jiwaku dengan cintamu
Agar rinduku sampai ke relung hatimu

Kata-kata takkan mampu melumpuhkan beban rindu
Begitu pula pesan suara ataupun dirimu dalam maya
Obat rindu bukan sebuah keberadaan
Lebih mendasar dari bertatap muka
Obat rindu yang sempurna
Penyatuan raga dan jiwa.


Semoi-Samarinda,  Juni-Juli  2017
                    

Api Di Kepala

Oleh: Slayer Andi

Bertanya pada kesia-siaan
Akan berujung perkelahian
Beradu pengetahuan yang dimabuk nafsu
Akan menyimpulkan gulungan tali yang rancu.

Kesopanan hanyalah sebutir kacang
Tak ada bandingan dari amukan api kenafsuan
Sejahtera adalah impian
Sedangkan pertikaian adalah pembunuhnya.

Diam dikata pengecut,
Berargumen dikata kemaruk.

Hebat tiada berdaya,
Tanpa adanya bijaksana.

Cerdas hanya katanya,
Bila belum bisa menganalisa.

Berargumen takkan bermutu,
Tanpa adanya ilmu.

Kritis tidakkan terbukti, 
Jika belum bisa diteliti.

Banyak api di pikiran banyak orang
Sebelum akhirnya redam
Disiram kesadaran.



Samarinda, 28 Februari 2018
                

Kesakitan Bisu

Oleh: Slayer Andi

Membuka mata di ruang fajar
Menyambut hari, menunggu kejutan
Seribu embun yang menyapa
Menembus raga, memeluk jiwa

Mendamba cinta di lain ruang
Bertanya hati tentang kerinduan
Sedang apa wahai pujaan?

Tersungkur hati
Di lembah ketidaksangkaan
Menerima kabar 
Yang tidak diinginkan

Cinta yang berjarak 
Memang rentan kerapuhan

Kini aku,
Tersesat dalam ilusi
Yang membius kesadaran

Tertahan dan terbungkam
Membelenggu jiwa

Diam kian menyesak
Memberontak kian menyucurkan air mata


Samarinda, Oktober 2017
                

Metafora Hegemoni

Oleh: Slayer Andi

Kita bersama bagai siang dan mentari
Berjalan membunuh lelah sesuka hati
Tidak ada waktu memikirkan letih
Bahagia bukan perkara dalih

Waktu selalu mengumbar teka-teki
Sampai kini,
Aku mendustai sebelum terjadi

Waktu selalu tidak kehabisan kata-kata
Menjawab semua yang tak disangka

Aku malu pada waktu saat ini
Janji hanyalah metafora hegemoni
Jawaban dari hadirmu yang sekadar bunyi

Tidak sepeserpun kata
‘tuk tenangkanku

Kutahan kecewa
Malu akan waktu
Kulawan waktu 
Hanya bisu membiru


Samarinda, 20 Oktober 2018
                    

Di Ujung Senja

Oleh: Slayer Andi

Desir angin menggelitik tubuhnya
Lembayung senja meredamkan suasana
Langkah kaki yang tak lagi kuasa
Pada bangku sepi yang menyapa

Hidup hanya sebatas jeda
Canda, tawa jangan dilupa
Tepis gelisah walau sedang susah
Riang hati akan lumpuhkan lelah

Harapan terpendam yang terbayang
Diluruh bukti pada realita
Tubuh renta bukan penghalang
Pada sucinya cinta tanpa dusta


Samarinda, 22 Februari 2018